Monday, October 9, 2017

RUKUN WUDHU, tentang niat (bag.2)

Kita lanjutkan pembahasan kita seputar niat yg merupakan rukun wudhu.
Setelah kita bahas 4 poin yg berkaitan dengan niat di tulisan sebelumnya maka ditulisan ini kita lanjutkan pembahasan poin yg berikutnya, yaitu poin yg ke 5.

5. Tata cara niat.
Tata cara niat berbeda beda tergantung amalan ibadah apa yg akan dikerjakan, untuk wudhu itu sendiri maka cara niatnya yaitu mengucapkan dengan hati dan juga sunnah dengan lisan salah satu shighot niat berikut:
نويت الوضوء لله تعالى (nawaytul wudhu lillahi ta’ala)
نويت فرض الوضوء لله تعالى (nawaytu fardhol wudhu lillahi ta’ala)
نويت اداء الوضوء لله تعالى (nawaytu adaa alwudhu lillahi ta’ala)
نويت الوضوء المفروض لله تعالى (nawaytul wudhu almafrudh lillahi ta’ala)
نويت رفع الحدث لله تعالى (nawaytu rof’al hadats lillahi ta’ala)
نويت الطهارة عن الحدث لله تعالى (nawaytut tohaaroh ‘anil hadats lillahi ta’ala)
نويت اداء فرض الطهارة لله تعالى (nawaytu adaa afardhit toharoh lillahi ta’ala)
نويت اداء الطهارة لله تعالى (nawaytu adaa attoharoh lillahi ta’ali)
نويت الطهارة الواجبة لله تعالى (nawaytut toharotal wajibah lillahi ta’ala)
نويت استباحة فرض الصلاة لله تعالى (nawaytus tibaahata fardhis sholaati lillahi ta’ala)

Macam-macam shigot niat diatas boleh digunakan salah satunya oleh seseorang yg berwudhu dengan syarat:
- sudah mencapai umur baligh
- sehat atau tidak berpenyakit, baik penyakit yg disebut dengan salis baul (mengeluarkan air seni terus menerus), salis riih (mengeluarkan angin belakang/kentut terus menerus), salis madzi, salis wadi atau istihadhoh (menstruasi yg melebihi 15 hari)
- bukan wudhu mujaddad (wudhu yg diperbaharui)

niat wudhu anak yg belum baligh
Adapun jika ia masih kecil belum mencapai umur baligh maka tidak sah wudhunya jika didalam niatnya menggunakan kalimat فرض seperti mengucapkan نويت فرض الوضوء لله تعالى atau نويت الوضوء المفروض atau نويت اداء فرض الطهارة dan di maksudkan makna فرض yg tersebut didalam niat adalah sesuatu yg wajib atas dirinya. Tidak sah karena dg makna tersebut ia dianggap main-main atau tala'ub sebab untuknya wudhu dan juga sholat belum diwajibkan.
Adapun jika maksudnya ia ucapkan itu adalah sesuatu yg wajib atas mukallaf atau sesuatu yg mesti dikerjakan karena setiap sholat mesti berwudhu atau ia tidak maksudkan apa-apa (mutlak) maka wudhunya sah. Dan jika ia menggunakan shogot niat lainnya sah

niat seseorang yg mengeluarkan najis terus menerus
Jika seseorang terkena penyakit salis baul atau semacamnya maka tidak sah berwudhu dengan menggunakan niat رفع الحدث atau الطهارة عن الحدث karena hadatsnya tidak terangkat dan ia tidak disebut telah bersuci karena hadatsnya yg terus menerus keluar. Menggunakan shigot niat lainnya seperti نويت استباحة فرض الصلاة لله تعالى dan yg semacam itu maka sah wudhunya.

niat seseorang yg memperbaharui wudhunya
Untuk seseorang yg melakukan tajdid wudhu atau memperbaharui wudhu, maksudnya ia ingin mengerjakan wudhu padahal wudhunya belum batal dan telah digunakan wudhu tersebut untuk sholat, itu maksudnya tajdid wudhu, yg memperbaharui wudhu tidak sah menggunakan niat استباحة atau رفع الحدث atau الطهارة عن الحدث atau niat فرض kecuali jika diniatkan bukan makna sebenarnya tapi diniatkan gambaran luarnya saja. Lalu dengan ia ia berniat? Ia boleh niat dengan menggunakan shighot نويت الوضوء لله تعالى

6. Syarat niat.
Niat memiliki beberapa syarat yg harus terpenuhi agar niat seseorang disahkan:
- yg berniat harus beragama islam.
syarat ini disyaratkan jika niatnya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah alias untuk ibadah, adapun jika dimaksudkan untuk membedakan atau yg disebut tamyiz maka sah saja dilakukan oleh non muslim, contohnya wanita kafir zimmi yg baru saja suci dari haidh atau nifas lalu mandi agar halal untuk suaminya yg muslim menggaulinya, karena biar bagaimanapun seorang wanita belum boleh di gauli suaminya walaupun sudah suci dari haidh jika ia belum mengangkat hadats besarnya dengan mandi.

- yg berniat harus sudah tamyiz.
artinya jika seorang anak belum tamyiz berwudhu maka wudhunya tidak sah karena belum cukup syarat. tidak bertentangan dengan sahnya wudhu anak kecil yg belum tamyiz ketika haji lalu diwudhukan oleh walinya untuk melakukan thawaf karena yg berniat wudhu bukan si anak melainkan walinya.

begitu juga seorang wanita yg gila ketika suci dari haidh lalu dimandikan oleh suaminya dari hadats besar, disahkan mandinya si wanita gila ini karena yg berniat bukan wanita tersebut melainkan suaminya.

- ia tahu apa yg diniatkan.
sudah tentu jika seseorang akan berniat maka ia harus tahu apa dan amalan apa yg akan diniatkan karena yg tidak tahu apa yg akan di amalkan bagaimana mungkin ia memasang niat untuk amalan tersebut.

- mampu melakukan apa yg diniatkan.
dengan syarat ini maka tidak sah niat sholat seseorang jika ia akan melakukan sholat tersebut di tempat najis karena dianggap oleh syariat ia tidak mampu melakukan apa yg di niatkan karena sholat di tempat najis tidak sah dan amalan itu tidak dibenarkan.

- tidak melakukan sesuatu yg dapat membatalkan niat.
ketika ragu-ragu dalam berniat dapat membatalkan niat maka tidak diperbolehkan ragu-ragu dalam berniat dan harus ia pasang niatnya dengan mantap tanpa keragu-raguan.
begitu pula memutuskan niat dan menggantungkan niat tidak dibolehkan karena akan membatalkan niatnya. jika seseorang ketika berkata "kalau sifulan datang saya akan batalkan sholat saya" maka tidak sah niatnya dan otomatis tidak sah sholatnya karena ia gantungkan niatnya.
begitupun murtad termasuk yg membatalkan niat maka harus dihindarkan agar niatnya sah. memalingkan niat kepada niat lainpun membatalkan niat dan harus dihindari, contoh jika ia mencuci kaki sewaktu wudhu lalu niatnya untuk membersihkan kotoran dari kakinya dan ia tidak hadirkan niat wudhunya maka batal niat wudhunya.

hukum menghentikan wudhu sebelum selesai
seseorang yg menghentikan wudhunya sebelum selesai wudhunya untuk melanjutkannya di saat lain, jika ia tidak berpenyakit salis atau istihadoh dan semacamnya maka cukuplah niat wudhunya diperbaharui ketika melanjutkan wudhunya disaat waktu yg diinginkan datang dan ia boleh melanjutkan wudhunya tanpa mengulangnya dari awal. tapi jika ia berpenyakit salis atau istihadhoh maka ia harus mengulang wudhunya dari semula ketika saat yg di inginkan untuk melanjutkan wudhunya tiba.

7.  tujuan niat
tujuan niat adalah membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan atau membedakan tingkatan antara ibadah satu dengan lainnya.

contoh membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan yaitu membedakan antara mandi ibadah dengan mandi yg dilakukan biasanya baik pagi ataupun sore hari.
ketika di kedua mandi tersebut ia lakukan dengan membasahi semua tubuhnya maka yg membedakan antara keduanya adalah niatnya. kalau mandi itu diniatkan mandi junub maka jadilah ibadah dan terangkatlah hadats besarnya tapi jika niatnya hanya untuk membersihkan badan dari kotoran keringat dsb seperti yg biasa ia lakukan di pagi dan sore hari setiap harinya maka jadilah itu mandi biasa bukan mandi ibadah.

contoh membedakan tingkatan antar ibadah yaitu mandi yg dilakukan untuk mengangkat hadats besar dan itu merupakan mandi wajib dengan mandi yg dilakukan untuk sholat jumat atau sholat ied dan itu merupakan mandi sunnah. dikedua mandi tersebut caranya sama yaitu harus meratakan air keseluruh tubuh tapi yang membedakan keduanya adalah niatnya.

inilah akhir dari pembahasan seputar niat yg perlu diketahui. semoga bermanfaat.



No comments:

Post a Comment

terima kasih sudah berkunjung dan membaca blog kami, kami sangat senang jika anda meninggalkan komentar.